Facebookers communitas
SEBRANG [ SELAGAI LINGGA, LAMPUNG TENGAH, LAMPUNG, SUMATRA]
creat of argir ( AREK GIRI )
Ada teduh dalam tatapan matamu ada cinta yang tulus untuk ku ada kasih yang terdalam dalam bathin mu dalam renta menahan sakit mu kau dekap aku dalam bahasa kasih yang tak pernah kumengerti kau kecup aku dengan bahasa cinta sucimu engkau melindungiku saat aku tak berdaya engkau curahkan tetesan kasih laksana embun yang mendinginkan daun dikala fajar menyengat halus lembut belaian tangan mu memberikan kekuatan untuk ku melewati jalan semu di hidup ku keluh kesah suara parau yang kudengar dalam doamu meminta dari yang khaliq sejuta kebaikan untuk diriku dalam derita yang kau tahan, dalam sakit yang kau simpan jelas tergambar duka yang mendalam kau emban dalam pundak deritamu kau simpan dari kami putra putrimu didalam tatapan syahdu dan sendu kau masih diam dan kelu kau meminta untuk beristirahat dalam kesendirianmu mencoba untuk menjauh, karena satu, kau tak mau membagikan duka mu tubuh mu semakin tak berdaya, menahan sakit yang amat menyiksa namun bening tatapan matamu masih memancarkan cinta yang terdalam yang kau punya kau bawa sejuta cinta dan kasih mu, dalam fajar pagi yang hangat melepaskan berjuta-juta beban dalam tubuh mu dalam larikan nafas akhirmu, kau hempaskan sejuta nestafa yang selama ini mengandoli tubuh mu meminta setitik cinta dari tuhan mu untuk jalan kembali pulang

Kamis, 01 Agustus 2013

klo lg mens bner gag rambut yg rontok hrs dkmpulkan truz di sucikan saat mndi haid nanti

Assalamu alaikum..
Pngen tnya nih,, klo lg mens bner gag rambut yg rontok hrs dkmpulkan truz di sucikan saat mndi haid nanti,,
Mksih,, wassalamu alaikum..
Suka ·  · Ikuti Kiriman · 20 jam yang lalu di sekitar Sluke, Jawa Tengah
10 orang menyukai ini.

Wildan Zidan Iyaaa cz rmbutx msih blum suci hruz di sucikn dlu #senja
20 jam yang lalu melalui seluler · Suka · 2

Hezqiel Ahmad Nawawi ga harus, hanya anjuran
20 jam yang lalu melalui seluler · Suka · 1

Ncaz Uga Casper Hmmm,,
Jd..
20 jam yang lalu melalui seluler · Suka · 1

Miftahul Huda trz klo g hruz.it anjuran. Truz gman prtggug jwbnx entr gmna maz hezqiel.?
20 jam yang lalu melalui seluler · Suka · 1

Rofiq Al-hakam tdak harus, lbih baik dikubur, krena itu termasuak aurat, yang berpendapat harus disuciakan dengan alasan agar diakhirat nanti tidak minta pertanggung jwaban untuk disucikan
20 jam yang lalu · Suka · 1

Arie Geng Geng wa'alaikum salam...dianjurkan disertakan saat mandi jinabat supaya ikut suci baru kemudian dikubur.
19 jam yang lalu melalui seluler · Suka · 2

Ziañ Nur Cahyo nymak
18 jam yang lalu melalui seluler · Suka · 1

Ahlan Bahtiar Ibnul Mujahid tdk dianjurkan ntk mensucikan rambut yg rontok,emg sebagian ulama ada yg berpendapat tuk kumpulin dan mensucikanya,tp hadis it tdklah kuat,yg bnr tdk dianjurkan,krn sangking susahnya menjaga kerontokan rambut it,islam tdk prnh menyusahkan umatnya dlm beribadah,dikutip dr ihya ulumudin,wallohu a,lam
17 jam yang lalu melalui seluler · Suka · 1

Minni Nur Munaya Sepakat dgn #ahlan

rontoknya rambt bukan krna kesengajaan
17 jam yang lalu melalui seluler · Suka · 1

Al Murtadho Seorang yang junub atau perempuan yang haid sebaiknya tidak memotong kuku, rambut atau anggota tubuh yang lainnya.
17 jam yang lalu melalui seluler · Telah disunting · Suka · 2

Minni Nur Munaya #almurtado
Rontok nya rambut kan tdk sama dengan memotong??
17 jam yang lalu melalui seluler · Suka · 1

Al Murtadho Iya ho'oh,,, saya bilang sebaiknya jangan memotong mbak yu... Kalo rontok sendiri ya ndak apa2 to..
17 jam yang lalu melalui seluler · Suka · 1

Suhada Ganjar Mandi Junub


Sebagian ulama/kiai ada yang mengatakan, bahwa bagi orang junub atau waktu haid dilarang memotong kuku atau rambut dan sebagainya. Karena dikhawatirkan lepas dari badannya sebelum mandi, karena nanti katanya akan menjadi api neraka.

Ibarat dari kitab Fathul Mu-in hamisy dari kitab I’anatut Thalibin juz 1 halaman 75, sebagai berikut:

وَثَانِيْهَا (مِنْ فُرُوضِ الغُسْلِ) تَعْمِيْمِ بَدَنِ حَتَّى الأَظْفَارَ وَمَا تَحْتَهَا وَالشَّعْرَ ظَاهِرًا وَبَاطِنًا وَإِنْ كَثِفَ.

"Dan yang keduanya (dari fardlu-fardlu mandi) adalah meratakan badan dengan air, sampai kuku-kuku dan apa saja yang ada di bawahnya, dan rambut yang ada di luar dan di dalam meskipun lebat."



Hadist riwayat Imam Abu Dawud (hadits nomor 249) dan juga imam lainnya, dari Sayyidina Ali ra, katanya:



سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: مَنْ تَرَكَ مَوضِعَ شَعْرَةٍ مِشنْ جَنَابَةٍ وَلَمْ يُصِبْهَا المَاءِ فَعَلَ اللهُ بِهِ كَذَا وَكَذَا مِنَ النَّارِ. قَالَ عَلِى: فَمِنْ ثَمَّ عَادَيْتُ شَعْرِى. كَانَ يَجْزِ شَعْرَه رَضِي اللهُ عَنْهُ.

Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa yang meninggalkan tempat sehelai rambut dari janabat sedangkan air tidak menyiramnya, maka Allah akan memperlakukan dia demikian dan demikian dari api neraka". Ali berkata: "Dari situlah saya memusuhi (membenci) rambut saya". Dan Sayyidina Ali ra. mencukur rambutnya.



Dalam kitab Nihayatuz Zain halaman 31 disebutkan sebagai berikut:

مَنْ لَزِمَهُ غَسْلُ يُسَنُّ لَهُ ألاَّ يُزيلَ شَيْئًا مِنْ بَدَنِهِ وَلَو شَعْرًا

"Barangsiapa yang harus melakukan mandi, maka disunahkan baginya untuk tidak menghilangkan sesuatu dari badannya, meskipun berupa darah atau rambut atau kuku sehingga mandi. Karena setiap bagian badan akan kembali kepadanya di akhirat. Maka andaikata dia menghilangkannya sebelum mandi, akan kembali pada tanggungan hadats besar untuk memukul dengan keras orang tersebut."

Rambut yang rontok sebelum mandi supaya dikumpulkan, kemudian disiram bersama anggota badan lainnya sesudah berniat mandi.

Orang tersebut tidak boleh membaca al-Quran ataupun shalat! Sebab seseorang baru boleh dikatakan sudah mandi janabat tatkala dia telah menyiram air dengan rata seluruh kulit dan rambut dari tubuhnya, sebagaimana keterangan dari kitab-kitab fiqh. Adapun hadistnya sebagai berikut:



رَوَى البُخَارِى (245) وَمُسْلِمٌ (316) عَنْ عَائشَةَ رَضِى اللهُ عَنْهَا: أَنَّ النَّبِى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنَ الجَنَابَةِ بَدَاءَ فَغَسَلَ يَدَيْهِ ثُمَّ يَتَوَضَأ كَما يَتَوَضَأُ للصَّلاَةِ ثُمَّ يُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِى المَاءِ فَيُخَلِّلُ أُصُولَ شَعْرِهِ ثُمَّ يَصُبُّ عَلَى رَأسِهِ ثَلاَثَ غُرَفٍ بِيَدَيْهِ ثُمَّ يُفِيْضُ المَاءَ عَلَىَ جِلْدِهِ كُلِّهِ.

"Al-Bukhari meriwayatkan (hadist no.316) dari ‘Aisyah ra.:"sesungguhnya Nabi saw. jika beliau mandi dari janabat, beliau memulai, lalu membasuh kedua tangan beliau, kemudian berwudlu dahulu sebagaimana beliau beerwudlu untuk melakukan shalat, kemudian beliau memasukkan jari-jari tangan belliau ke dalam air, lalu menyelahi pangkal-pangkal rambut beliau dengan jari-jari tersebut, kemudian beliau menuangkan air pada kepala beliau dengan tiga cakupan dengan kedua tangan beliau, kemudian beliau meratakan air pada seluruh kulit badan beliau."
9 jam yang lalu · Suka · 3

orang yg isthdhoh wajib mengqdho, puasax n apakh msih wajib

Mau tx apkah orang yg isthdhoh wajib mengqdho, puasax n apakh msih wajb memblut farjix ktk ajkn sholat?
Suka ·  · Ikuti Kiriman · 20 jam yang lalu melalui seluler
2 orang menyukai ini.

Rofiq Al-hakam wajib puasa
19 jam yang lalu · Suka

Arfa Albushiri dia udah puasa d bulan romadn hx sg dia dlm keadaan istihdadh mas.
19 jam yang lalu melalui seluler · Suka

Cak Husnan bgi mustahadoh tdk blh memasukkan pembalut/hasywu kdalam farji karna untk menjaga puasaxa.
18 jam yang lalu melalui seluler · Suka

Kudung Khantil Harsandi Muhammad Wajib puasa dan tidak wajib mengulangi
18 jam yang lalu melalui seluler · Suka

Rofiq Al-hakam puasanya sah
18 jam yang lalu · Suka

Kudung Khantil Harsandi Muhammad Minhaj al Tullab I hal 26
ﻭﺍﻻﺳﺘﺤﺎﺿﺔ ﻛﺴﻠﺲ ﻓﻼ ﺗﻤﻨﻊ ﻣﺎ ﻳﻤﻨﻌﻪ
ﺍﻟﺤﻴﺾ ﻓﻴﺠﺐ ﺃﻥ ﺗﻐﺴﻞ ﻣﺴﺘﺤﺎﺿﺔ ﻓﺮﺟﻬﺎ
ﻓﺘﺤﺸﻮﻩ ﻓﺘﻌﺼﺒﻪ ﺑﺸﺮﻃﻬﻤﺎ ﻓﺘﻄﻬﺮ ﻟﻜﻞ
ﻓﺮﺽ ﻭﻗﺘﻪ ﻭﺗﺒﺎﺩﺭ ﺑﻪ ﻭﻻ ﻳﻀﺮ ﺗﺄﺧﻴﺮﻫﺎ
ﻟﻤﺼﻠﺤﺔ ﻛﺴﺘﺮ ﻭﺍﻧﺘﻈﺎﺭ ﺟﻤﺎﻋﺔ
Istihadzah (darah penyakit) itu
seperti orang yang beser, maka
orang yang istihadzah tidak tercegah
melakukan sesuatu yang tidak boleh
dilakukan oleh orang yang haid.
Maka wajib bagi seorang yang
istihadzah untuk mensucikan
farjinya, menyumpal dan
membalutnya sesuai dengan syarat-
syaratnya, kemudian berwudlu. Hal
ini wajib dilakukan setiap akan
menjalankan shalat fardlu dan
bersegera menjalankannya.
Mengakhirkan shalat (setelah
wudlu) diperboleh bila untuk
kemaslahatan seperti menutup aurat
atau menunggu jamaah.
18 jam yang lalu melalui seluler · Suka

Kudung Khantil Harsandi Muhammad Karena dalam keadaan puasa maka tak perlu menyumbat vaginanya
18 jam yang lalu melalui seluler · Suka

Ziañ Nur Cahyo nymak
18 jam yang lalu melalui seluler · Suka

Ubaid Bin Aziz Hasanan boleh bagi wanita istihadzhah menyumbat farjinya ketika berpuasa , dan ini tidak membatalkan puasanya menurut pendapat syeh al qolyubi murid dari imam romli as soghir
9 jam yang lalu · Suka

Ubaid Bin Aziz Hasanan (وَتُتْبِعُ) الْمَرْأَةُ (لِحَيْضٍ أَثَرَهُ) أَيْ أَثَرَ الدَّمِ (مِسْكًا) بِأَنْ تَجْعَلَهُ عَلَى قُطْنَةٍ وَتُدْخِلُهُ فَرْجَهَا لِلْأَمْرِ بِمَا يُؤَدِّي ذَلِكَ فِي الصَّحِيحَيْنِ مِنْ حَدِيثِ عَائِشَةَ وَتَفْسِيرِهَا «قَوْلَهُ - صَلَّى اللَّهُ عَلَ...Lihat Selengkapnya
8 jam yang lalu · Suka

Arfa Albushiri Syukron ats jwbanx akhi. Tt isthdhoh yg bagaimn yg wajib mengulangi puasax? Alx ada yg blng kl isthdhoh wjb qodok puasax

hukumnya orang yang lupa niat puasa

Assalamu'alaikum..
Kepada para ustadz/ah, member FK yang saya hormati.
Mau tanya bagaimana hukumnya orang yang lupa niat puasa, dan apakah puasanya wajib diqodho.?
Mohon jawabannya, apabila ada dokumennya mohon disundulkan.. Maturnuwun.
Wassalamu'alaikum..
Suka ·  · Ikuti Kiriman · 8 jam yang lalu melalui seluler
7 orang menyukai ini.

Ubaid Bin Aziz Hasanan waalaikum salam

wajib di qodho' jeng puasanya
8 jam yang lalu · Suka · 2

Punk Puber n teruskan jgn berenti
8 jam yang lalu melalui seluler · Suka · 1

Qurrotul Aini Owh, berati wajib di qodho ya gus?
Kalo misalnya biasanya di tempat saya sehabis sholat tarawih imam memandu jamaahnya niat puasa, trus ma'mum mengikuti, apakah itu sudah tercukupi niatnya?
8 jam yang lalu melalui seluler · Suka · 1

Ubaid Bin Aziz Hasanan sudah tercukupi jeng kalo niat di waktu sehabis terawih
8 jam yang lalu melalui seluler · Suka · 2

Malchub Illa-LilChabib Al-Awwali Za udah to jeng
8 jam yang lalu melalui seluler · Suka

Conndro Mowo enggeh jeng...bener jeng...
8 jam yang lalu melalui seluler · Suka · 1

Qurrotul Aini Maaf, soalnya saya pernah dengar kalau niat itu harus mutasel gak boleh diputus2,
kalau niat ikut imam tu kan diputus2, misal imam mengucapkan nawaitu, ma'mum mengucapkan nawaitu.. Niku pripun gus?
8 jam yang lalu melalui seluler · Suka · 1

Ubaid Bin Aziz Hasanan gak harus muttasil yg artix bila di waqafkan maka tidak apa2 dan juga secara urf berhentinya ma'mum tidak sangat lama
8 jam yang lalu melalui seluler · Suka · 2

Conndro Mowo hehe...nak masalh melafadkan kemutan kulo kok sunah geh...niku namong nglancarne niat to jeng...
8 jam yang lalu melalui seluler · Suka

Malchub Illa-LilChabib Al-Awwali Yg g boleh mgkin pemisah yg lama..klau kasus sprti di atas sy kira d msuk kategori lama
8 jam yang lalu melalui seluler · Suka

Muqit Ismunoer Wa Alaikum Salam. Wr. Wb.

Orang yang lupa niat puasanya tidak sah dan wajib qodho'. Disamping wajib qodho' juga wajib Imsak...!

متن سفينة النجا بهامش كاشفة السجا (ص 120) الهداية
ويجب مع القضاء الإمساك للصوم في ستة مواضع الأول في رمضان لا في غيره على متعد بفطره والثاني على تارك النية ليلا في الفرض والثالث على من تسحر ظانا بقاء الليل فبان خلافه والرابع على من أفطر ظانا الغروب فبان خلافه أيضا والخامس على من بان له يوم ثلاثي شعبان أنه من رمضان والسادس على من سبقه ماء المبالغة من مضمضة واستنشاق
8 jam yang lalu melalui seluler · Telah disunting · Suka · 1

Hanief Loe Alhamdulilah dpet ilmu lgi
8 jam yang lalu melalui seluler · Suka

Qurrotul Aini Mekaten tow,,
maturnuwun jawbanipun gus, ngapunten lek ql rodok rewel katah tanglet..
Jazakumullahu khairon..

#masyaAllah_qodhonya kian bertambah nich
8 jam yang lalu melalui seluler · Telah disunting · Suka

Malchub Illa-LilChabib Al-Awwali Aamiin
8 jam yang lalu melalui seluler · Suka

Hadany Robby HPku cen kudu tak pondokke ... ben biso moco kitab lancar ... #koyoakuiki
7 jam yang lalu melalui seluler · Telah disunting · Suka

Ahmad Afif Arfianto Pindah madhab pa gak boleh?
7 jam yang lalu melalui seluler · Suka

Malchub Illa-LilChabib Al-Awwali Boleh jika..,,,
7 jam yang lalu melalui seluler · Suka

Ahmad Afif Arfianto Gimana truz pratekxa?
7 jam yang lalu melalui seluler · Suka

Malchub Illa-LilChabib Al-Awwali Waduh..,,tlong buka di rahasia fuqoha' sya lupa...
7 jam yang lalu melalui seluler · Suka

Malchub Illa-LilChabib Al-Awwali Waduh..,,tlong buka di rahasia fuqoha' / bughyah sya lupa...
7 jam yang lalu melalui seluler · Suka · 1

Ahmad Afif Arfianto Bukakna q gak due!
7 jam yang lalu melalui seluler · Suka

Malchub Illa-LilChabib Al-Awwali Tuku sek no' tko ki q ng mah g gwo kitab hahaha seriousss
6 jam yang lalu melalui seluler · Suka

Qurrotul Aini Lha tentang hukumnya pripun yi? Doso mbten?
5 jam yang lalu melalui seluler · Suka

Malchub Illa-LilChabib Al-Awwali Lau bleh brrt z d pp
5 jam yang lalu melalui seluler · Suka · 1

Fi Sabilillah, Siapakah Mereka?

Fi Sabilillah, Siapakah Mereka?

Su Kakov, Mazz Rofii, Siroj Munir, Ubaid Bin Aziz Hasanan, Sunde Pati, Saif El Nashr, Brilly Yudho W, Đådåĸ Ŕãdềń Żhäńg PħềńgềMist, Kudung Khantil Harsandi Muhammad Dll.
Suka ·  · Ikuti Kiriman · 1321 · 28 Juli pukul 3:03
Teungku Fachry dan 12 orang lainnya menyukai ini.

Kang MuSlimin Secara umum, Fi Sabilillah dapat diartikan dengan segala amal kebajikan yang bertujuan untuk menghidupkan ruh Islam. akan tetapi dalam hal zakat, para ulama mendefinisikannya hanya dalam satu pengertian, yaitu orang yang berperang di medan pertempuran melawan orang-orang kafir tanpa mendapatkan gaji sepeserpun dari khalifah atau penguasa (pejuang sukarelawan).

Adapun penafsiran sebagian orang bahwa pembangunan rumah sakit, masjid atau madrasah dan aktifitas lain yang baik seperti mengajar adalah masuk dalam kategori Fi Sabilillah yang berhak menerima (mengambil) bagian dari zakat, maka hal ini tidak bisa dibenarkan dengan beberapa alasan sebagai berikut :

Tidak satupun di antara ulama salaf, imam mujtahid atau yang setingkat dengan mereka yang mengatakan bahwa Fi Sabilillah dalam hal zakat adalah mencakup semua amal kebaikan.
Pendapat tersebut muncul dari orang-orang yang belum memenuhi syarat-syarat ijtihad.
Pendapat tersebut menyalahi perkataan Imam Malik: "Jalan menuju Allah sangatlah banyak, tetapi aku tidak menjumpai ikhtilaf (perbedaan pendapat di kalangan para ulama) bahwa yang dimaksud fi sabilillah di sini (dalam hal zakat) adalah berkaitan dengan peperangan" (Ibn al 'Arabi al Maliki, Ahkam al Qur'an).
Adanya Ijma' (konsensus) para pakar tafsir bahwa yang dimaksud Fi Sabilillah dalam ayat tersebut adalah para pejuang suka relawan. Hal ini dapat ditela'ah dalam kitab-kitab tafsir mu'tabar seperti al Bahr al Muhith atau an-Nahr al Madd karya Abu Hayyan, at-Tafsir al Kabir karya ar-Razi, Zad al Masir karangan al Hafizh Ibn al Jawzi, Tafsir al Baidlawi, Tafsir al Qurthubi, Tafsir Ibn 'Athiyyah dan masih banyak lagi.
Pendefinisian Fi Sabilillah dengan para pejuang suka relawan merupakan ijma' para ulama yang telah dinyatakan oleh para fuqaha' (ahli fiqih), mereka antara lain: Imam Syafi'i dalam al Umm, Juz VI, h. 62, Imam Malik dalam al Muwaththa', h. 179, Muhammad ibn al Hasan dalam al Mudawwanah, Juz II, h. 59, Ibnu Hubairah al Hanbali dalam al Ifshah, h. 108, Ibn Qudamah dalam al Mughni, Ibn al Mundzir dalam al Irsyaf dan lain-lain. Hanya saja Imam Ahmad menambahkan bahwa termasuk juga Fi Sabilillah dalam hal ini adalah Haji.

Cukup sebagai dalil, bahwa zakat tidak boleh diberikan kepada selain ashnaf (golongan) yang delapan sesuai dengan penjelasan para ulama bahwa ayat 60 dari surat at-Taubah tersebut menggunakan lafazh "innama" (termasuk lafazh yang berfungsi Hashr yaitu terbatas pada sesuatu yang disebutkan setelahnya) yang berarti, zakat hanya sah jika diberikan kepada delapan golongan tersebut. Dan seandainya zakat itu diperuntukkan bagi semua amal kebaikan, maka tidak ada artinya al Hashr (pembatasan) dengan lafazh tersebut.

Juga sabda Rasulullah ketika beliau berbicara tentang zakat :

"إِنَّهَا لاَ تَحِلُّ لِغَنِّيٍّ وَلاَ لِذِيْ مِرَّةٍ سَوِيٍّ" (رواه أبو داود والبيهقي)

Maknanya: "Sesungguhnya zakat tidak halal bagi orang kaya dan bagi orang yang mempunyai pekerjaan yang mencu-kupinya" (H.R. Abu Dawud dan al Baihaqi)

Jika zakat dibayarkan untuk membangun rumah sakit, masjid atau madrasah, kemudian tempat-tempat itu dimanfaatkan oleh semua orang, baik kaya ataupun miskin maka hal ini jelas bertentangan dengan hadits tersebut.

Kutipan al Fakhrur Razi dari al Qaffal asy-Syasyi bahwa sebagian Fuqaha' mengatakan: "Sabilullah" mencakup semua jalan kebaikan adalah kutipan dari orang-orang yang Majhul (tidak dikenal) dan merupakan pendapat yang rusak (menyimpang dari kebenaran) dari al Majahil (orang-orang yang tidak dikenal) dan ini menyalahi ijma' yang telah dinyatakan oleh para ulama seperti Imam Malik. Karenanya pendapat ini tidak bisa diterima sebab menyalahi ijma' (Muhammad Zahid al Kautsari, Maqalat al Kautsari, h. 222).

Jika ada sebagian orang yang menukil dari Imam Ahmad bahwa ia mengatakan: "Zakat boleh diberikan untuk semua amal kebaikan", perlu diketahui bahwa ia menyalahi nash-nash Fuqaha Hanabilah (para ahli fiqih dari Madzhab Hanbali) sendiri seperti yang telah dikemukakan oleh Ibn Hubairah al Hanbali dalam al Ifshah, Ibn Qudamah al Hanbali dalam al Mughni, dan juga ulama-ulama mujtahid atau yang di bawah derajat mereka dari luar kalangan Fuqaha' Hanabilah.

Karena semua inilah, maka para ulama seperti Sulthan al Ulama al 'Izz ibn Abdissalam berfatwa bahwa tidak boleh mengambil bagian zakat untuk diberikan kepada tentara muslim yang sudah mendapat gaji dari uang kas Negara, meskipun para penguasa waktu itu sangat memerlukan biaya untuk berperang melawan pasukan tartar. Beliau tidak mengatakan kepada penguasa waktu itu: "Gunakanlah harta zakat untuk setiap yang dinamakan jihad". Peristiwa ini diceritakan oleh imam Tajuddin as-Subki dalam Thabaqat asy-Syafi'iyyah dan Ibn Katsir dalam al Bidayah wa an-Nihayah.

Bahwa yang di maksud Fi Sabilillah hanyalah para pejuang suka relawan, hal ini juga ditegaskan oleh mantan mufti mesir yang terkenal, Syekh Muhammad Bakhit al Muthi'i dan Syekh Muhammad Zahid al Kautsari yang merupakan wakil Syekh al Islam terakhir dalam Khilafah Utsmaniyyah.

Kiyai, Ustadz, Guru ngaji, masjid, musolla, pesantren, madrasah, dan prasarana umum lainnya bukanlah dimaksud Fi Sabilillah dalam ayat di atas, sehingga mereka tidak boleh mengambil/menerima zakat, kecuali bila ada dari orang yang kita sebutkan masuk dalam kategori faqir, miskin. (kyai ndeso koyok e roto roto dhoif ila dunya) kiro kiro ngunu kang . . .

caposan ko kitab ehehehhe
28 Juli pukul 3:13 · Suka · 3

Kang MuSlimin ada juga pendapat di kalangan maliki yakni imam ibn rusydi dan imam al lakhmi bhwa pengertian fi sabilillah mencangkup manfaat untuk smua org muslim, sprti madrasah, kiai, ustad dll.

cobi di cek di kitab syarhu mukhtashor kholil lil khorsyi juz 2 shohifah 216 kang Teungku Fachry . . ..
28 Juli pukul 3:16 · Suka · 2

Teungku Fachry enggih suwun kang...

tp yg sy mksud sabilillah dlm pndangan Ulama ahli tafsir ?
28 Juli pukul 3:18 · Suka

M Supaji Aji كل وجوه الخير كما نقله الأمام القفال
28 Juli pukul 3:29 · Suka · 1

Ubaid Bin Aziz Hasanan kang tengku@ cari di doc fk pada bab memberikan zakat pada masjid , trus baca ibaratx
28 Juli pukul 3:52 melalui seluler · Suka · 2

Đådåĸ Ŕãdềń Żhäńg PħềńgềMist http://fiqhkontemporer99.blogspot.com/2012/08/zakat-untuk-masjid.html

ZAKAT UNTUK MASJID ~ FIQH KONTEMPORER
fiqhkontemporer99.blogspot.com
28 Juli pukul 3:57 · Suka · 2

Kudung Khantil Harsandi Muhammad http://fiqhkontemporer99.blogspot.com/2012/08/zakat-untuk-masjid.html?m=1

ZAKAT UNTUK MASJID ~ FIQH KONTEMPORER
fiqhkontemporer99.blogspot.com
28 Juli pukul 3:59 melalui seluler · Suka · 1

Kudung Khantil Harsandi Muhammad http://irvanzaky2.blogspot.com/2012/04/hukum-tasharruf-distribusi-zakat-untuk.html?m=1
Pawon ilmu: HUKUM TASHARRUF (DISTRIBUSI) ZAKAT UNTUK MASJID ATAU MADRASAH
irvanzaky2.blogspot.com
28 Juli pukul 4:01 melalui seluler · Suka · 1

Kudung Khantil Harsandi Muhammad http://m.facebook.com/groups/153389088061822?view=permalink&id=564253900308670&refid=18

Fiqh Kontemporer
Blog - http://fiqhkontemporer99.blogspot.com/ Twitter - https://twitter.com/fiqh...
Lihat Selengkapnya
28 Juli pukul 4:04 melalui seluler · Suka · 1

Kudung Khantil Harsandi Muhammad http://m.facebook.com/groups/153389088061822?view=permalink&id=564255750308485&refid=18

Fiqh Kontemporer
Blog - http://fiqhkontemporer99.blogspot.com/ Twitter - https://twitter.com/fiqh...
Lihat Selengkapnya
28 Juli pukul 4:05 melalui seluler · Suka · 1

Ustadz Cakep Buka aja kitab-kitab tafsir. Kalau menurut Imam Qoffal kalau tidak salah, fii sabilillaah itu semua bentuk kebaikan yang ditujukan untuk taqarrub kepada Allah Ta'ala.
28 Juli pukul 11:30 · Suka · 2

Brandal Loka Jaya yo wng sing perang gozin....
28 Juli pukul 16:07 melalui seluler · Suka · 2

Usman Mulyana orang yang berjuang Dijalan Allah ... (tidak terfokus sama orang yang berperang saja)..
28 Juli pukul 21:54 · Suka · 1

Teungku Fachry all@ mhon ditelaah kmbali
Senin pukul 2:00 · Suka

Mohammed Taheer kiyai pesbuk
Senin pukul 2:16 · Suka

Teungku Fachry kia pesbuk jg boleh...hi
Senin pukul 4:22 · Suka · 2

Fmurtadlho Al Balwy Dlm ttanan bhs arab, tdak sah jika orang yg mati ktka mlakukan solat dktkan mati fisabilillah. Karena kata fi sabilillah dlm gramatika bahasa sudah trlnjr mnjdi makna berperang mlawan msuh islam.
Senin pukul 18:03 melalui seluler · Suka · 1

Mohammed Taheer khoiru jihaad, jihaadun nafs ??
perang logika - perang menghantam liberal - perang melawan iblis ??
Selasa pukul 4:36 · Suka

Anam Badi'uz Zaman وقد تتابع كثير من متأخري الفقهاء والمفسرين والمحدثين على القول بأن في سبيل الله عامة تشمل كل أنواع البر والقربات، فقد جاء في أبحاث هيئة كبار العلماء[3] (القول الثالث: أن المراد بذلك: جميع وجوه البر؛ لأن اللفظ عام فلا يجوز قصره على بعض أفراده إلا بدليل صحيح، ولا دليل على ذلك، ولقد قال بهذا القول مجموعة من العلماء من مفسرين ومحدثين وفقهاء، وفيما يلي بعض من أقوالهم:

قال الفخر الرازي : إن ظاهر اللفظ في قوله تعالى: { وفي سبيل الله } لا يوجب القصر على الغزاة - ثم قال: فلهذا المعنى نقل القفال في [تفسيره]، عن بعض الفقهاء: أنهم أجازوا صرف الصدقات إلى جميع وجوه الخير من تكفين الموتى وبناء الحصون وعمارة المساجد؛ لأن قوله: {وفي سبيل الله} عام في الكل. اهـ[4]

وقال الخازن في [تفسيره]: وقال بعضهم: إن اللفظ عام فلا يجوز قصره على الغزاة فقط؛ ولهذا أجاز بعض الفقهاء صرف سهم سبيل الله إلى جميع وجوه الخير من تكفين الموتى، وبناء الجسور والحصون، وعمارة المساجد، وغير ذلك، قال: لأن قوله: { وفي سبيل الله } عام في الكل فلا يختص بصنف دون غيره. اهـ[5].

وقال محمد جمال الدين القاسمي : ثم ذكر تعالى الإعانة على الجهاد بقوله: {وفي سبيل الله} فيصرف على المتطوعة في الجهاد، ويشترى لهم الكراع والسلاح، قال الرازي : لا يوجب قوله: {وفي سبيل الله} القصر على الغزاة، ولذا نقل القفال في [تفسيره]، عن بعض الفقهاء جواز صرف الصدقات إلى جميع وجوه الخير من تكفين الموتى، وبناء الحصون، وعمارة المساجد؛ لأن قوله: { وفي سبيل الله } عام في الكل. انتهى.

ولذا ذهب الحسن وأحمد وإسحاق إلى أن الحج من سبيل الله فيصرف للحجاج منه.

قال في [الإقناع]، وشرحه: والحج من سبيل الله نصا، وروي عن ابن عباس وابن عمر؛ لما روى أبو داود ( أن رجلا جعل ناقة في سبيل الله، فأرادت امرأته الحج، فقال لها النبي صلى الله عليه وسلم اركبيها، فإن الحج من سبيل الله)[6] فيأخذ إن كان فقيرا من الزكاة ما يؤدي به فرض حج أو عمرة أو يستعين به فيه وكذا في نافلتهما؛ لأن كلا من سبيل الله . انتهى.

قال ابن الأثير : وسبيل الله عام، يقع على كل عمل خالص سلك به طريق التقرب إلى الله تعالى بأداء الفرائض والنوافل وأنواع التطوعات، وإذا أطلق فهو في الغالب واقع على الجهاد حتى صار لكثرة الاستعمال كأنه مقصور عليه انتهى.

وقال في [التاج]،: كل سبيل أريد به الله عز وجل- وهو بر- داخل في سبيل الله. اهـ[7].

وقال أحمد مصطفى المراغي : في [تفسيره]، قوله تعالى: { وفي سبيل الله } وسبيل الله: هو الطريق الموصل إلى مرضاته ومثوبته، والمراد به: الغزاة، والمرابطون للجهاد، وروي عن الإمام أحمد أنه جعل الحج من سبيل الله، ويدخل في ذلك جميع وجوه الخير من تكفين الموتى، وبناء الجسور والحصون، وعمارة المساجد ونحو ذلك.

والحق: أن المراد بسبيل الله: مصالح المسلمين العامة التي بها قوام أمر الدين والدولة دون الأفراد؛ كتأمين طرق الحج، وتوفير الماء والغذاء، وأسباب الصحة للحجاج، وإن لم يوجد مصرف آخر، وليس منها حج الأفراد؛ لأنه واجب على المستطيع فحسب. اهـ[8]

وقال الألوسي : {وفي سبيل الله} أريد بذلك عند أبي يوسف : منقطعو الغزاة، وعند محمد : منقطعو الحجيج، وقيل: المراد: طلبة العلم، واقتصر عليه في [الفتاوى الظهيرية]، وفسره في [البدائع]، بجميع القرب، فيدخل فيه كل من سعى في طاعة الله تعالى وسبل الخير اهـ[9].

وقال السيد رشيد رضا في تفسيره: [المنار]، بعد استعراضه الأقوال التي قيلت في المراد بقوله تعالى: {وفي سبيل الله} ما نصه: والتحقيق أن سبيل الله هنا مصالح المسلمين العامة التي بها قوام أمر الدين والدولة دون الأفراد، وأن حج الأفراد ليس منها؛ لأنه واجب على المستطيع دون غيره، وهو من الفرائض العينية بشرطه؛ كالصلاة والصيام لا من المصالح الدينية الدولية.. ولكن شعيرة الحج وإقامة الأمة لها منها، فيجوز الصرف من هذا السهم على تأمين طرق الحج وتوفير الماء والغذاء وأسباب الصحة للحجاج إن لم يوجد لذلك مصرف آخر. اهـ[10].

وقال أيضا: {وفي سبيل الله} وهو يشمل سائر المصالح الشرعية العامة التي هي ملاك أمر الدين والدولة وأولاها بالتقديم الاستعداد للحرب بشراء السلاح وأغذية الجند وأدوات النقل وتجهيز الغزاة... إلى أن قال: ومن أهم ما ينفق في سبيل الله في زماننا هذا: إعداد الدعاة إلى الإسلام وإرسالهم إلى بلاد الكفار من قبل جمعيات منظمة تمدهم بالمال الكافي. اهـ[11].

وقال سيد قطب رحمه الله: {وفي سبيل الله} وذلك باب واسع يشمل كل مصلحة للجماعة تحقق كلمة الله، وفي أولها: إعداد العدة للجهاد، وتجهيز المتطوعين، وتدريبهم، وبعث البعوث للدعوة إلى الإسلام، وبيان أحكامه وشرائعه للناس أجمعين، وتأسيس المدارس والجامعات التي تربي الناشئة تربية إسلامية صحيحة، فلا نكلهم إلى مدارس الدولة تعلمهم كل شيء إلا الإسلام، ولا مدارس المبشرين تعتدي على طفولتهم وحداثتهم وهم لا يملكون رد العدوان. اهـ[12].
Selasa pukul 7:23 · Suka · 2

Muh KHolili Aby Fitry alfatehah
23 jam yang lalu · Suka · 1

Brilly Yudho W Sudah finish ta ini? Hasilnya: khilaf?
5 jam yang lalu · Suka

hukumnya suami meminum air susu istrinya?

Salam
Sblmnya sya mnta maaf klo prtanyaannya agk gg snonoh, sya mau tanya gmn hukumnya suami meminum air susu istrinya? Terimakasih, mohon jwbannya kawan2
Suka ·  · Berhenti Mengikuti Kiriman · 23 jam yang lalu melalui seluler
3 orang menyukai ini.

SijEk Putra Rangga Lawe boleh,kn sudah muhrim,
he,he
23 jam yang lalu melalui seluler · Suka

Souliez Rachma meminum air susunya loh?
23 jam yang lalu melalui seluler · Suka

Minhaj Ajwa TahtaQofa Sum0ngg0,
trus mski suami tu minum asi tsb, ia tdk akn jadi anak sepersusuan dari istrinya.
23 jam yang lalu melalui seluler · Suka

SijEk Putra Rangga Lawe y boleh,malahan lo lg hubungan jg harus nenen dlu kn,?alias ga langsung itu,
d QIdap QUrotUL uyun jg ada.
23 jam yang lalu melalui seluler · Suka · 1

SijEk Putra Rangga Lawe y boleh,malahan lo lg hubungan jg harus nenen dlu kn,?alias ga langsung itu,
d QIdap QUrotUL uyun jg ada.
he.he
23 jam yang lalu melalui seluler · Suka

Ki Achmad Andi boleh..air yg suci..
23 jam yang lalu melalui seluler · Suka

SijEk Putra Rangga Lawe udah,jgn d lnjutin,
nie kn ge puasa.
huufs,mbAJOr.
23 jam yang lalu melalui seluler · Suka · 1

Çhïddãtül Fïkrï Al-çhãsãñý Yg di mksd sail pa nanti istri jd ibu dngan sbb minum susu gitu tah ?
23 jam yang lalu melalui seluler · Suka

Muslih Ma'rzaind Khan
Foto Muslih Ma'rzaind Khan.
23 jam yang lalu melalui seluler · Suka

Kudung Khantil Harsandi Muhammad http://fiqhkontemporer99.blogspot.com/2012/12/hukum-seorang-suami-minum-air-susu.html?m=1
23 jam yang lalu melalui seluler · Suka · 1

Ziañ Nur Cahyo nymak
17 jam yang lalu melalui seluler · Suka

d'Masied Marsid ikt mbaca aja..
17 jam yang lalu melalui seluler · Suka

Muhammad Alauddin Al-Kediri Memang wanita adalah ibarat sebuah ladang bagi pria entah mau diapakin wanita itu terserah si pria.Islam juga menyinggung pada masalah hal2 tabu seprti hubungan intim suami-istri.Sampai banyak kitab2 kuning yg membahas hal tsb sprti Qurratul `Uyun,Fathu izzar dll.iSatu hal yg saya ingat ketika ngaji fathu izzar "haram hukumnya dukhul lewat dubur!".Untuk pertanyaan Mas tadi....saya cuma bisa menyarankan"gunakan cara2 yg islami (seprti aturan yg ada di kitab2) & yg wajar saja!".Karena apa?! ditakutkan jika mnggunakan cara yg terlalu fulgar walaupun islam memperbolehkan tapi nantinya bisa mengakibatkan cacat pada anak,seperti mata kece,kero dll.Dalam kitab2 tsb juga banyak peringatan tentang dampak dr praktik yg tidak baik.
16 jam yang lalu · Suka

Souliez Rachma maaf mas muhammad alauddin yg sya tdk mmbicarakan ttng dukhul lewat dubur
15 jam yang lalu melalui seluler · Suka

Muhammad Alauddin Al-Kediri kalau so`al hukum.y ma`af saya belum tau pasti!
6 jam yang lalu · Suka

Muhaimin Al-Ghandiqany salah satu syarat menjadi anank sepersusuan adl usia bayi blm sampai 2 tahun, jd klo yg usianya di atas itu ya etetp tdk bs jadi anak sepersusuan dong...
sekitar sejam yang lalu · Suka

Hadany Robby Hukumnya insyaAllah boleh.
dalam kitab fathul mu'in ada redaksi begini :
" Wayajuuzu Massu Bidzrihaa ".
Logikanya : Jika " Massu Bidzrihaa " saja boleh,yang di pertanyakan tentu lebih boleh lagi.
sekitar sejam yang lalu melalui seluler · Suka

Waktu Shalat Dan Puasa Di Eropa Dan Kutub

Di belahan bumi dengan iklim tropis seperti Negara Indonesia hanya mengalami dua musim yaitu musim panas (kemarau) dan musim hujan, hampir tidak mengalami perbedaan yang nampak antara waktu siang dan malam (berjalan secara seimbang). Namun di belahan bumi beriklim sub tropis seperti negara-negara di Benua Eropa atau beriklim kutub seperti sebagian besar daerah Rusia, mengalamai 4 musim yaitu, musim dingin, musim semi, musim panas dan musim gugur, perbedaan waktu antara siang dan malam sering terjadi khususnya pada musim panas dan dingin. Ketika musim panas, siang hari lebih panjang dari malam hari, namun ketika musim dingin malam hari lebih panjang dari siang hari. Bahkan di daerah kutub, ketika musim panas siang hari tanpa malam selama 6 bulan, sedangkan ketika musim dingin malam hari tanpa siang selama 6 bulan. Kadangkala matahari terbenam sebelum jam 10 pagi seperti daerah Bulgaria, atau siang hari selama 18 jam seperti negara Swedia atau masuk waktu isyak pada jam 11 malam seperti negara Denmark. Hal ini akan terasa berat bagi umat Islam untuk mengerjakan shalat 5 waktu atau puasa Ramadhan, khususnya bagi anak-anak yang harus pergi ke sekolah  untuk belajar atau orang dewasa untuk bekerja di pagi hari.
Daerah-daerah yang mengalami perbedaan waktu sebagaimana di atas atau bahkan pada daerah kutub yang tidak ada perubahan siang malamnya dalam 6 bulan akan mempersulit dalam penetapan waktu shalat. Dan adakalanya pada suatu daerah terjadi waktu isya’ hanya dalam hitungan menit setelahnya langsung terbit fajar (waktu subuh), sehingga ada yang masih memungkinkan untuk menetapkan waktu shalat menjadi 5 waktu walaupun mempersulit mereka dalam mengerjakannya, dan bahkan ada yang hanya bisa menetapkan 4 waktu saja karena singkatnya waktu antara satu shalat dengan shalat yang lain.
Kesulitan seperti ini tidak hanya berpengaruh pada pelaksanaan shalat 5 waktu, akan tetapi pada puasa Ramadhan yang sama-sama mendasarkan pada matahari (perubahan siang dan malam). Perubahan waktu semacam ini akan memperberat puasa, karena di musim panas akan mengalami siang yang lebih panjang seperti yang terjadi di negara Bulgaria, hingga mencapai 23 jam, bahkan selama 40 hari di musim panas menjadi hari dengan intensitas malam paling singkat karena matahari sudah terbit sebelum terbenamnya mega (matahari terbit seketika setelah terbenamnya matahari). Kesulitan-kesulitan seperti ini tidak sejalan dengan kaidah hukum islam yaitu keringanan/toleransi, sebagaimana dalam kaidah fikih :
“إذَا ضَاقَ الْأَمْرُ اتَّسَعَ”
“ jika suatu perkara semakin sempit (sulit), maka hukumnya semakin meluas (ringan).”
Dan kaidah :
“الْمَشَقَّةَ تَجْلِبُ التَّيْسِيرَ”
“ kesulitan akan menarik pada kemudahan “
Bagaimanakah syari’at menanggapi keadaan semacam ini ?,
Menyikapi keadaan di atas, maka kami akan paparkan pendapat para ulama’ 4 madzhab dalam beberapa masalah berikut :
1. Kewajiban shalat 5 waktu.
Pendapat yang kuat dalam empat madzhab yaitu kewajiban sholat fardhu 5 waktu tidak gugur bahkan terhitung sebagai shalat ada’ bukan qodlo’, berdasarkan pada dalil-dalil al-Qur’an atau hadist bahwa sholat wajib dikerjakan pada waktunya tanpa ada pengecualian di mana pun berada. Namun apabila terdapat kesulitan di dalam menentukan waktu seperti di negara Bulgaria, daerah kutub atau pada zman Dajjal, maka dengan cara mengikuti waktu shalat di daerah terdekat sesuai pada permasalahan zakat fitrah bagi orang yang hidup di daerah dengan makanan pokok yang tidak sesuai dengan ketentuan Syari’at (seperti susu), maka wajibnya mengeluarkan jenis  makanan pokok daerah terdekat yang sesuai dengan ketentuan Syari’at.
Kesimpulan : pada daerah seperti Bulagria ketika tidak memungkinkan menetapkan waktu isyak dikarenakan matahari terbit sebelum hilangnya mega merah, jika daerah terdekat darinya yaitu Turki (berada di sebelah selatan Bulgaria) mega merah hilang di perempat malam pertama, maka bagi penduduk Bulgaria dapat langsung mengerjakan shalat isyak dengan menisbahkan/memperkirakan selisih waktu antara kedua negara setelah masuknya waktu maghrib (terbenamnya matahari). Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an :
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
“ Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu “ (Q.S. al-Baqarah;185)
Oleh karena itu, kewajiban shalat isyak tidak gugur. Dengan dasar qiyas kewajiban shalat di 3 hari pertama dari kemunculan Dajjal. Sebagaimana hadits riwayat imam Ahmad :
قَالَ أَرْبَعُونَ يَوْمًا يَوْمٌ كَسَنَةٍ وَيَوْمٌ كَشَهْرٍ وَيَوْمٌ كَجُمُعَةٍ وَسَائِرُ أَيَّامِهِ كَأَيَّامِكُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَذَلِكَ الْيَوْمُ الَّذِي كَسَنَةٍ أَتَكْفِينَا فِيهِ صَلَاةُ يَوْمٍ قَالَ لَا اقْدُرُوا لَهُ ، رواه مسلم واحمد
Para sahabat bertanya kepada Rasulullah perihal lamanya dajjal di dunia, maka Rasulullah menjawab :” masa dajjal hanya 40 hari, hari pertama seperti satu tahun, hari kedua seperti satu bulan, hari ketiga seperti satu minggu, lalu hari-hari berikutnya seperti hari-hari kalian (24 jam). Kami lalu bertanya :” Ya Rasulullah, apakah satu hari seperti satu tahun lamanya cukup bagi kami mengerjakan shalat satu hari saja (5 waktu dalam hari yang lamanya setahun) ?, Nabi menjawab :” tidak, akan tetapi ukurlah sesuai waktu shalat kalian dalam hari-hari biasa !”. (H.R. Muslim dan Ahmad).
Ini sesuai dengan pendapat para ulama’ kontemporer yang ditetapkan di Saudi Arabiah nomor 61 tertanggal 12 Robi’us Tsani 1398 H, sebagai berikut :
“ Barang siapa yang bertempat tinggal di Negara-negara yang masih dapat dibedakan antara siang dan malamnya dengan terbitnya dan tebenamnya matahari, hanya saja siangnya sangat panjang ketika musim panas dan pendek ketika musim dingin, maka wajib baginya shalat 5 waktu pada waktu-waktu yang telah ditentukan syari’at, didasarkan pada sifat umum pada firman Allah Ta’ala :
أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآَنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآَنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا (78)
“ Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh, Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (Q.S. al-Isra’ : 78)
Dan barang siapa yang bertempat tinggal di Negara yang tidak terbenam matahari di waktu musim panas dan tidak terbit di musim dingin atau di Negara yang hanya mengalami siang hari selama 6 bulan atau hanya mengalami malam hari selama 6 bulan, maka tetap wajib untuk mengerjakan shalat 5 waktu pada setiap 24 jamnya dan memperkirakan serta menetapkan waktu-waktunya dengan mendasarkan pada waktu-waktu shalat di Negara tetangga terdekat yang tidak mengalami kondisi seperti ini (dapat dibedakan waktu shalat yang satu dengan yang lain), sebagaimana ketetapan Nabi pada hadits riwayat Imam Muslim dan Ahmad di atas.”
2. Jamak taqdim shalat maghrib dan isyak.
Menjamak taqdim shalat maghrib dan isyak pada kondisi di atas , menurut pendapat mayoritas ulama’ tidak diperbolehkan sebab jamak hanya diperbolehkan ketika safar/bepergian atau turun hujan. Namun jika tidak menjamak dapat menyebabkan meninggalkan shalat, maka anda bisa mengikuti pendapat sebagian ulama’ diperbolehkan untuk jamak taqdim di waktu shalat maghrib karena keadaan yang mendesak bukan karena perubahan waktu yang terjadi. Hanya saja jika anda terbangun di waktu shalat isyak (sebelum subuh), maka alangkah baiknya anda mengulangi kembali shalat isyak sebagai bentuk kehati-hatian dalam beribadah.
قضايا الفقه والفكر المعاصر للدكتور وهبة الزحيلي /31-34
الصلاة والصيام في المناطق القطبية الشمالية
المعروف في البلاد المعتدلة تقارب الليل و النهار أحيانا يزيد النهار قليلا عن الليل كما في الشتاء, و قد يكون النهار في الصيف حوالي (16) ساعة, أم المناطق القطبية,فيتساوى فيها نصف العام مع النصف الأخر حيث يكون النهار ستة أشهر و الليل ستة أشهر , وقد تغرب الشمش قبل الساعة العاشرة صباحا كما في البلغارية ,وقد يمتد النهر و الصيام إلى اكثر من (18) ساعة كما في الدانمارك والسيد أحيانا,وقد يكون وقت صلاة العشاء في الدانمارك بعد الساعة الحادية عشر ليلا,و هذا لا يتحمله الأطفال غالبا الذين يبكلرون غلى مدارسهم في الساعة السادسة صباحا.
وهذه الظاهرة توقع الناس في حرج أو مشقة غير محتملة,سواء في الصلاة أو الصيام , فما الحكم الشرعي في ذالك؟ ولا فرق في ذالك بين المناطق القطبية ألتي لاتغيب فيها الشمش مطلقا او يستمر فيها الليل,ولا تتميز فيها الأوقات الخمسة و بين بعض البلاد القريبة من المناطق القطبية ألتي قد توجد فيها فترات لايظهر فيها وقت العشاء,أو يطلع الفجر بعد المغيب الشفق مباشرة.
فإذا تساوى الليل و النهارفي سنة كاملة .صلى المسلم خمس صلوات فقط موزعة على خمسة أوقات في السنة كلها ,وقد تكون الصلوات المفروضة أربعا أو أقل ,على حسب طول النهار وقصره ,ويؤدي ذلك أيضا إلى تكليف المسلم بصوم رمضان ولا رمضان عنده .وقد يصوم (23)ساعة أو أكثر ,وبلاد البلغار يطلع فيها الفجر قبل غروب الشفق في أربعينية الصيف في أقصر ليالي السنة.
وهذا لا يتفق مع منطق التكليف وسماحة الإسلام .لأنه “إذا ضاق الأمر إتسع”و”المشقة تجلب التيسير”.
ذهب بعض العلماء الحنفية إلى سقوط التكليف بصلاة أو أكثر .أو صوم لعدم وجود السبب وهو الوقت وعدم القدرة والإمكان .وعدم الفائدة المرجوة من التكليف .قالوا :ولا ينوي القضاء لفقد وقت الأداء ,و هذا غير مقبول لدي الفقهاءالحنفية على المعتمد ,لعموم التكليف في النصوص الشرعية ,دون فرق بين مسلم و مسلم ,ولا بين قطر وقطر
والراجح في المذهب الحنفي وغيره من المذاهب القول بوجوب الصلوات المفروضة دون سقوطها على أصحاب البلاد ,وتكون الصلاة أداء لا قضاء ,لعموم أدلة التكليف في نصوص القران الكريم والسنة النبوية دون أستثناء أحد من وجوب الصلوات الخمس في أوقانها ,وجعلها شرعا دائما لأهل الأمصار ,نت غير تمييز بين قطر و اخر ,على أن يقدر وقت لكل صلات على حدة ,
واختلفوا في معنى القدير,فهو عند الحنفية بالمعنى الاظهر: افتراض أن الوقت الذي هو سبب الوجوب موجود,وإن كان الوقت وقتا لصلاة اخرى كالصبح مثلا, مع أن صلاة العشاء لم تعدّ بعد, وهو ما اختاره الكمال بن الهمام في فتح القدير, وتبعه ابن شحنة.وعند بقية المذاهب :يكون التقدير لكل صلاة بحساب مواقيت اقرب البلاد المعتدلة إليهم ,اي حساب البلاد القريبة منهم, التي تتميز فيها أوقات الصلوات الخمس و الصيام,فيقدرون قدر ما يغيب فيه الشفق بأقرب البلاد إليهم,وهو ما صرح به الشافعيةكما يقدر عادم القوت المجزئ في فطرة الصيام بحسب السائد في بلده,أي فإن كان شفقهم يغيب عند ربع ليلهم مثلا,أعتبر من ليل هؤلاء بالنسبة, لا انهم لايبصرون بقدر ما يمضي من ليلهم,لأنه ربما استغرق ذالك ليلهم كلهوويبقى وقت العشاء إلى طلوغ الفجر الصادق,ففي بلغارية مثلا يؤخذ بتوقيت تركيا جنوب البلغار,لقوله تعالى: يريد الله بكم اليسر ولا يريد بكم العسر  (البقرة: 2\185).
واستدل هؤلاء الموجبون بأداء جميع الصلوات في أوقاتها دون إسقاط شيء منها بالقياس على أيام الدجال,الذي هو من علامات الساعة الكبرى,فقد أمر النبي صلى الله عليه وسلم بالتقدير فيها,ونص الحديث هو ((ذكر النبي صلى الله عليه وسلم الدجال ولبثه في الأرض أربعين يوما:يوم كسنة,ويوم كشهر ,ويوم كجمعة,وسائر أيامه كأيامكم.قال الراوي: قلنا يا رسول الله,أرأيت اليوم الذي كسنة, أتكفينا فيه صلاة يوم ؟ قال : لا, ولكن اقدروا له)) أي صلوا صلاة سنة في اليوم الذي هو كسنة, وقدروا لكل صلاة وقتا وهذا مارجحه علماء العصر, وهو قرار  هيئة كبار العلماء في السعودية برقم (61) وتاريخ 12/4/1398 هـ
و نصه : من كان يقيم في بلاد يتمايز فبها الليل من النهار بطلوع فجر و غروب شمس, الا أن نهارها يطول جدا في الصيف ويقصر في الشتاء,وجب عليه أن يصلي الصلوات الخمس في أوقاتها المعروفة شرعا,لعموم قوله تعالى : ((أقم الصلاة لدلوك الشمس إلى غسق الليل وقران الفجر إن قران الفجر كان مشهودا ))  الإسراء:17/78
ومن كان يقيم في بلاد لا تغيب عنها الشمس صيفا ولاتطلع فيها شتاء او في بلاد يستمر نهارها الى ستة أشهر و يستمر ليلها إلى ستة أشهر مثلا وجب عليهم ان يصلوا الصلوات الخمس ,في كل أربع و عشرين ساعة و أن يقدروا لها اوقاتها و يجددها,معتمدين في ذالك على أقرب بلاد إليهم تتمايز فيها الصلوات المفروضة بعضها على بعض,لما ثبت (أن النبي صلى الله عليه وسلم حدث أصحابه عن المسيح الدجال,فقالوا ما لبثه في الأرض؟قال:أربعون يوما يوم كسنة و يوم كشهر و يوم كجمعة و سائر أيامه كأيامكم.فقيل يا رسول الله الذي كسنة,أتكفين فيه صلاة يوم قال:لا,أقدروا له.
فيجب على المسلمين في البلاد المذكورة أن يحددوا أوقات الصلاة معتمدين في ذلك على أقرب بلاد معتدلة لهم ,يتمايز فيها الليل من النهار .وتعرف فيها أوقات الصلوات الخمس بعلاماتها الشرعية ,في كل أربع وعشرين ساعة.
العرف الشذي للكشميري – (ج 3 / ص 363)
قوله : ( يوم كسنة إلخ ) قيل : إنه تصوير لشّدة الابتلاء وليس في الواقع سنة ، وقيل : إن في ذلك الزمان يكون تكاثف السحب والأمطار والظلمة ولا يرى النهار ، ولا ريب أن القحط أيضاً يكون في ذلك الزمان كما في بعض الروايات ، وقيل : يكون يوم سنة في الواقع وقرينة لفظ ( ولكن اقدروا . إلخ ) لفظ حديث الباب ، وتمسك ابن همام على أن صلوات أهل بلغار خمس بهذا الحديث ، وفي بلغار يطلع الصبح حين غيبوبة الشفق بعد غروب الشمس ومختار الشيخ ابن همام ، واختاره شمس الأئمة الحلواني ، واختار البقالي الأربع ، ولما بلغ الحلواني ما اختاره البقالي أرسل الحلواني رجلاً إلى البقالي فبلغ الرجل والبقالي يعظ الناس فقال الرجل : ما حال من أسقط خامسة الصلوات؟ فقال : حاله كمن يتوضأ وسقط يده فسكت الرجل وذهب إلى الحلواني وبلغه ما ورد به . أقول : إن الصلوات عليهم خمس ، ولكن حال الصلاة وحال رمضان عليهم كيف يكون حكمه ولم يتوجه إلى هذا أحد إلا الشوافع توجهوا إلى الصلاة ، ويقولون : إن أهل بلغار يمرون على حساب من قريب منهم ويجدون وقت العشاء ، وأما ابن بطوطة السياح صاحب الرحلة قال : بلغت بلغار وصمت ثمة معهم ولم أجد شيئاً من الكلفة على نفسي : وأما بعض البلاد مثل قاذان فلا يوجد الشفق الأحمر أيضاً بل إذا غربت الشمس طلعت الفجر ، وكان فيهم ملا بهاء الدين الحنفي المرجاني وهو ذكي الطبع وله حواشي على الكتب ، وصنف رسالة فيما نحن فيه ولم أجدها ، ونقل النواب في رسالة عبارة الشيخ رفيع الدين الدهلوي رحمه الله .
شرح النووي على مسلم – (ج 9 / ص 327)
وَأَمَّا قَوْلهمْ : ( يَا رَسُول اللَّه فَذَلِكَ الْيَوْم الَّذِي كَسَنَةٍ أَتَكْفِينَا فِيهِ صَلَاة يَوْم ؟ قَالَ : لَا اُقْدُرُوا لَهُ قَدْره ) فَقَالَ الْقَاضِي وَغَيْره : هَذَا حُكْم مَخْصُوص بِذَلِكَ الْيَوْم شَرَعَهُ لَنَا صَاحِب الشَّرْع . قَالُوا : وَلَوْلَا هَذَا الْحَدِيث ، وَوُكِلْنَا إِلَى اِجْتِهَادنَا ، لَاقْتَصَرْنَا فِيهِ عَلَى الصَّلَوَات الْخَمْس عِنْد الْأَوْقَات الْمَعْرُوفَة فِي غَيْره مِنْ الْأَيَّام . وَمَعْنَى ( اُقْدُرُوا لَهُ قَدْره ) أَنَّهُ إِذَا مَضَى بَعْد طُلُوع الْفَجْر قَدْر مَا يَكُون بَيْنه وَبَيْن الظُّهْر كُلّ يَوْم فَصَلُّوا الظُّهْر ، ثُمَّ إِذَا مَضَى بَعْده قَدْر مَا يَكُون بَيْنهَا وَبَيْن الْعَصْر فَصَلُّوا الْعَصْر ، وَإِذَا مَضَى بَعْد هَذَا قَدْر مَا يَكُون بَيْنهَا وَبَيْن الْمَغْرِب فَصَلُّوا الْمَغْرِب ، وَكَذَا الْعِشَاء وَالصُّبْح ، ثُمَّ الظُّهْر ، ثُمَّ الْعَصْر ، ثُمَّ الْمَغْرِب ، وَهَكَذَا حَتَّى يَنْقَضِي ذَلِكَ الْيَوْم . وَقَدْ وَقَعَ فِيهِ صَلَوَات سِتَّة ، فَرَائِض كُلّهَا مُؤَدَّاة فِي وَقْتهَا . وَأَمَّا الثَّانِي الَّذِي كَشَهْرٍ ، وَالثَّالِث الَّذِي كَجُمْعَةٍ ، فَقِيَاس الْيَوْم الْأَوَّل أَنْ يُقَدَّر لَهُمَا كَالْيَوْمِ الْأَوَّل عَلَى مَا ذَكَرْنَاهُ ، وَاَللَّه أَعْلَم .
عون المعبود – (ج 9 / ص 359)
( وَسَائِر أَيَّامه ) : أَيْ بِوَاقِي أَيَّامه قَالَ النَّوَوِيّ قَالَ الْعُلَمَاء : هَذَا الْحَدِيث عَلَى ظَاهِره وَهَذِهِ الْأَيَّام الثَّلَاثَة طَوِيلَة عَلَى هَذَا الْقَدْر الْمَذْكُور فِي الْحَدِيث ، يَدُلّ عَلَيْهِ قَوْله صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسَائِر أَيَّامه كَأَيَّامِكُمْ اِنْتَهَى . قُلْت : فَمَا قِيلَ الْمُرَاد مِنْهُ أَنَّ الْيَوْم الْأَوَّل لِكَثْرَةِ غُمُوم الْمُؤْمِنِينَ وَشِدَّة بَلَاء اللَّعِين يُرَى لَهُمْ كَالسَّنَةِ ، وَفِي الْيَوْم الثَّانِي يَهُون كَيْده وَيَضْعُف مُبْتَدَأ أَمْره فَيُرَى كَشَهْرٍ ، وَالثَّالِث يُرَى كَجُمُعَةٍ لِأَنَّ الْحَقّ فِي كُلّ وَقْت يَزِيد قَدْرًا وَالْبَاطِل يَنْقُص حَتَّى يَنْمَحِق أَثَرًا أَوْ لِأَنَّ النَّاس كُلَّمَا اِعْتَادُوا بِالْفِتْنَةِ وَالْمِحْنَة يَهُون عَلَيْهِمْ إِلَى أَنْ تَضْمَحِلّ شِدَّتهَا مَرْدُود وَبَاطِل
( اقْدُرُوا لَهُ قَدْره ) : قَالَ الْقَارِي : نَقْلًا عَنْ بَعْض الشُّرَّاح أَيْ اقْدُرُوا الْوَقْت صَلَاة يَوْم فِي يَوْم كَسَنَةٍ مَثَلًا قَدْره أَيْ قَدْرَه الَّذِي كَانَ لَهُ فِي سَائِر الْأَيَّام كَمَحْبُوسٍ اِشْتَبَهَ عَلَيْهِ الْوَقْت اِنْتَهَى . وَقَالَ النَّوَوِيّ : مَعْنَى اقْدُرُوا لَهُ قَدْره أَنَّهُ إِذَا مَضَى بَعْد طُلُوع الْفَجْر قَدْر مَا يَكُون بَيْنه وَبَيْن الظُّهْر كُلّ يَوْم فَصَلُّوا الظُّهْر ثُمَّ إِذَا مَضَى بَعْده قَدْر مَا يَكُون بَيْنهَا وَبَيْن الْعَصْر فَصَلُّوا الْعَصْر وَإِذَا مَضَى بَعْد هَذَا قَدْر مَا يَكُون بَيْنهَا وَبَيْن الْمَغْرِب فَصَلُّوا الْمَغْرِب وَكَذَا الْعِشَاء وَالصُّبْح ثُمَّ الظُّهْر ثُمَّ الْعَصْر ثُمَّ الْمَغْرِب وَهَكَذَا حَتَّى يَنْقَضِي ذَلِكَ الْيَوْم وَقَدْ وَقَعَ فِيهِ صَلَوَات سَنَة فَرَائِض كُلّهَا مُؤَدَّاة فِي وَقْتهَا . وَأَمَّا الثَّانِي الَّذِي كَشَهْرٍ وَالثَّالِث الَّذِي كَجُمُعَةٍ فَقِيَاس الْيَوْم الْأَوَّل أَيْ يُقَدَّر لَهُمَا كَالْيَوْمِ عَلَى مَا ذَكَرْنَاهُ اِنْتَهَى . وَقَالَ الْقَاضِي وَغَيْره : هَذَا حُكْم مَخْصُوص بِذَلِكَ الْيَوْم شَرَعَهُ لَنَا صَاحِب الشَّرْع قَالُوا : وَلَوْلَا هَذَا الْحَدِيث وَوُكِلْنَا إِلَى اِجْتِهَادنَا لَاقْتَصَرْنَا فِيهِ عَلَى الصَّلَوَات الْخَمْس عِنْد الْأَوْقَات الْمَعْرُوفَة فِي غَيْره مِنْ الْأَيَّام نَقَلَهُ النَّوَوِيّ
كفاية الأخيار – (1 / 140)
( فرع ) المعروف من المذهب أنه لا يجوز الجمع بالمرض ولا الوحل ولا الخوف وادعى إمام الحرمين الإجماع على امتناعه بالمرض وكذاادعى إجماع الأمة على ذلك الترمذي ودعوى الإجماع منهما ممنوع فقد ذهب جماعة من أصحابنا وغيرهم إلى جواز الجمع بالمرض منهم القاضي حسين والمتولي والروياني والخطابي والإمام أحمد ومن تبعه على ذلك وفعله ابن عباس رضي الله عنهما فأنكره رجل من بني تميم فقال له ابن عباس رضي الله عنهما أتعلمني السنة لا أم لك وذكر أن رسول الله صلى الله عليه وسلم فعله قال ابن شقيق فحاك في صدري من ذلك شيء فأتيت أبا هريرة رضي الله عنه فسألته عن ذلك فصدق مقالته وقصة ابن عباس وسؤال ابن شقيق ثابتان في صحيح مسلم قال النووي القول بجواز الجمع بالمرض ظاهر مختار فقد ثبت في صحيح مسلم أن النبي صلى الله عليه وسلم  ( جمع بالمدينة من غير خوف ولا مطر ) قال الأسنائي وما اختار النووي نص عليه الشافعي في مختصر المزني ويؤيده المعنى أيضا فإن المرض يجوز الفطر كالسفر فالجمع أولى بل ذهب جماعة من العلماء إلى جواز الجمع في الحضر للحاجة لمن لا يتخذه عادة وبه قال أبو إسحاق المروزي ونقله عن القفال وحكاه الخطابي عن جماعة من أصحاب الحديث واختاره ابن المنذر من أصحابنا وبه قال أشهب من أصحاب مالك وهو قول ابن سرين ويشهد له قول ابن عباس رضي الله عنهما أراد أن لا يحرج أمته حين ذكر أن رسول الله صلى الله عليه وسلم ( جمع بالمدينة بين الظهر والعصر والمغرب والعشاء من غير خوف ولا مطر ) فقال سعيد بن جبير لم فعل ذلك فقال لئلا يحرج أمته فلم يعلله بمرض ولا غيره واختار الخطابي من أصحابنا أنه يجوز الجمع بالوحل فقط والله أعلم قال  باب صلاة الجمعة

belajar menemukan CINTA

Air tak selalu jernih, begitu juga ucapanku.
Kapas tak selalu putih, begitu juga hatiku.
Langit tak selalu biru, begitu juga hidupku.
Jalan tak selalu lurus, begitu juga langkahku.

Jika Hidup dengan PENGERTIAN, maka ia belajar SABAR.
Jika Hidup dengan MOTIVASI, maka ia belajar PERCAYA DIRI.
Jika Hidup dengan PERHATIAN, maka ia belajar MENGHARGAI.
Jika Hidup dengan KEJUJURAN, maka ia belajar ADIL.
Jika Paham PERUBAHAN, maka ia belajar BIJAKSANA.
Jika dapat MENGHARGAI orang lain, maka ia belajar menemukan CINTA di dunia ini